Posted by : Unknown
Monday, January 30, 2017
Tato Gambar Love
Karya:
Bonifasius Ariesto Adrian Finantyo
Tato
adalah sebuah lukisan pada kulit tubuh. Orang pada umumnya membuat tato dengan
gambar yang bagus dan keren secara sengaja, aku mendapatkan tato ini dari dari
ketidak sengajaan. Tato dengan gambar love atau hati ini ku dapatkan dulu saat
masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar tepatnya saat berusia sembilan
tahun.
Seperti
biasa, pagi itu aku bangun pukul 06.30. Dengan keadaan masih mengantuk ku
paksakan diriku untuk mandi. Setelah mandi, aku bersiap ke sekolah dengan
memakai seragam. Aku berangkat kesekolah menggunakan motor yang dikendarai oleh
papa ku. Di sekolah aku bermain dengan teman – teman di kelas. Banyak hal yang
telah ku lakukan bersama teman – teman dikelas mulai dari bermain bola kasti di
dalam kelas sampai perang tembak – tembakan saat belajar.
Bu
Imelda adalah wali kelas ku waktu itu. Dengar – dengar dari kakak kelas ku,
beliau terkenal sangat galak tetapi itu tidak begitu ku rasakan. Tristan dan
Diva adalah teman ku bermain bola kasti didalam kelas. Kegiatan ini hampir
setiap hari kami lakukan yaitu pada waktu yang dianggap aman dan Bu Imel tidak
ada di kelas.
Pagi
itu disekolah aku, Tristan, dan Diva tidak bisa melaksanakan kegiatan rutin
kami karena Bu Imel sudah ada dikelas tidak seperti biasanya. Bel masuk sekolah
berbunyi. Kami berbaris didepan kelas seperti biasa. Setelah doa pagi yang
dipimpin dari sentral, Bu Imel memulai pidatonya serta tangan nya menari – nari
di papan tulis. Tiba – tiba saja sebuah karet gelang dengan kecepatan tinggi
menabrak telingaku. Tanpa pikir panjang, ku cari dari mana karet itu berasal.
Ternyata karet itu di tembakan oleh Evan.
Lalu
sebuah ide muncul di pikiran ku. Ku sobek selembar kertas dari buku catatan,
lalu di gulung – gulung sampai keras. Setelah itu kubalas Evan dengan senjata
baru ku. Karena aku sedikit takut di marahi oleh Bu Imelda, aku melakukan
pembalasan ke Evan melalu jalur bawah dan sasaranku adalah kakinya. Setelah
tembakan ku lakukan, Evan berteriak kesakitan. Bu Imelda bertanya
“Kenapa
Van? Apakah kamu masih belum mengerti apa yang saya ajarkan?”
Setelah
itu lalu Evan bersama kawan – kawannya melakukan serangan balasan. Aku dan
kawan – kawan ku juga melakuan pembalasan. Terjadi pertempuran yang seru saat
itu, tetapi Bu Imel sepertinya tak melihat apa yang kami lakukan di dalam
kelas. Bel pulang sekolah berbunyi. Sungguh menyenangkan hari ini di kelas
bersama teman – teman ku.
Malam
ini, lingkungan ku Santo Gregorius mengadakan latihan koor untuk misa di
Gereja. Papa lalu bertanya
“Dri,
mau ikut ke tempat koor tidak? Kalau mau ikut ayuk berangkat, disana nanti main
aja sama Orlan.”
Tanpa
pikir panjang lalu aku ikut ke tempat koor. Sesampainya di tempat koor, aku
bertemu dengan teman – teman ku di lingkungan. Ada Orland, Mbak Rissa, Eri,
Gilda, Zihan, Kezia, Krisna, dan Mas Bram. Karena rata – rata kami membawa
sepeda, kami lalu bermain sepeda ke lapangan. Hanya Gilda dan Zihan yang tidak
ikut bermain sepeda dengan yang lainnya. Orland dan aku suka sekali dengan
permainan balap mobil di komputer, Orland usul kalau main balapan sepeda saja.
Saya dan Mbak Rissa bertukar sepeda, karena saya melihat sepedanya keren untuk
balapan.
Lintasan
balap sepeda ini mirip seperti dengan lintasan Moto GP hanya berbentuk lebih
kecil. Tikungan yang membentuk setengah lingkaran membuat balapan ini menjadi
semakin seru. Setelah balapan dimulai, langsung ku kayuh sepeda ku
sekencangnya. Aku memimpin belapan untuk sementara, sampai pada saat di
tikungan itu semua berubah dengan seketika. Di tikungan itu aku berfikir untuk
“nge
drift”
dengan
sepeda ini. Ternyata yang terjadi tidak seperti yang ku bayangkan. Drift yang
kulakukan gagal karena ban belakang sepedaku mengenai air yang menggenang
dijalan dan menyebabkan ban belakang ku licin. Setelah itu aku terlempar dari
sepedaku dan menabrak tembok rumah orang. Yang kurasakan saat itu adalah
punggungku terasa sangat sakit, kaki ku luka, dan aku juga kesulitan untuk
berjalan. Aku menahan diriku untuk menangis saat itu, ku malu dengan teman –
teman ku. Barulah di rumah aku menangis kesakitan, dan menceritakan semuanya ke
mama.
Mama
ku memarahi ku saat itu. Aku menyesal akan perbuatan ku itu. Aku juga merasa
sedih karena besok pagi, aku ada pertandingan basket se-kecamatan mewakili SD
Mater Dei. Setelah ku obati luka di kaki ku, aku langsung tidur agar rasa sakit
itu tidak ku rasakan lagi. Saat ku bangun di pagi hari, kaki ku masih terasa
sakit. Aku mandi lalu berangkat kesekolah. Hari itu aku tetap ikut bertanding.
Di pertandingan itu aku hanya bermain sebentar, karena kaki ku masih sakit
sehingga aku tidak bisa berlari dengan kencang. Tetapi aku bukanlah yang
terbaik di tim ku. Ada kakak – kakak kelas ku yang hebat sekali dalam bermain,
sehingga SD Mater Dei mendapat juara satu.
Beberapa
hari setelah itu, luka pada kaki ku sembuh. Setelah diperhatikan, ternyata luka
itu meninggalkan bekas yang menyerupai bentuk love atau hati. Dan itu lah awal
mula tato hati pada kaki ku ini.